Kembali
×
Belajar di Usia Senja: Pelan, Dalam, dan Penuh Makna
03 Mei 2025 09:10 WIB

Banyak yang mengira belajar adalah urusan anak muda. Padahal, justru di usia lanjut, proses belajar bisa terasa lebih jernih—karena hidup sudah memberi banyak pengalaman untuk direnungkan. Bagi para lansia, belajar bukan lagi soal nilai atau ijazah, tapi soal menjaga pikiran tetap tajam, hati tetap terbuka, dan hidup tetap bergerak.

Tapi tentu saja, cara belajar di usia lansia tidak bisa disamakan dengan saat masih remaja. Tubuh yang melambat, ingatan yang tak sekuat dulu, dan perhatian yang mudah teralih perlu disikapi dengan cara yang lembut dan penuh pengertian. Maka belajar di usia senja harus pelan, dalam, dan penuh makna.

Belajar bagi lansia sebaiknya dimulai dari hal yang disukai. Minat adalah pintu masuk terbaik. Jika seorang nenek menyukai cerita masa lalu, biarkan ia mulai dengan menulis memoar. Jika seorang kakek penasaran dengan smartphone, biarkan ia belajar satu aplikasi per minggu. Jangan paksakan banyak hal sekaligus. Satu hal kecil yang dipahami lebih baik daripada sepuluh hal yang membingungkan.

Gunakan waktu-waktu terbaik saat energi masih cukup—biasanya pagi hari setelah sarapan atau sore menjelang senja. Belajar tidak harus lama. Sepuluh menit yang tenang bisa lebih berharga daripada satu jam yang tergesa. Lansia juga lebih mudah menyerap informasi yang visual dan berulang, jadi tayangan video, gambar, dan diskusi santai bisa jauh lebih efektif daripada ceramah panjang.

Bergabung dengan teman sebaya akan memberi semangat. Komunitas belajar membuat proses belajar terasa seperti silaturahmi, bukan tugas. Tertawa bersama, saling bertanya, bahkan sesekali salah paham adalah bagian dari proses yang sehat. Belajar menjadi kegiatan sosial, bukan beban personal.

Dan yang terpenting: beri penghargaan pada setiap kemajuan. Lansia tidak butuh sertifikat untuk merasa berhasil. Cukup rasa percaya diri karena bisa memahami satu hal baru hari ini. Bahkan sekadar tahu cara membuka YouTube sendiri, atau bisa membaca puisi anak cucu dari layar ponsel, sudah bisa jadi pencapaian yang menghangatkan hati.

Belajar di usia lanjut bukan tentang mengejar sesuatu, melainkan merawat apa yang masih hidup di dalam diri: rasa ingin tahu, keinginan untuk tetap berarti, dan kebanggaan pada kemampuan yang masih tumbuh. Karena selagi masih bisa belajar, itu tandanya kita masih hidup—bukan hanya bernafas, tapi juga berkembang.

(Redaksi)

Artikel Lainnya
Artikel
08 Mei 2025 07:59 Wib
Artikel
08 Mei 2025 07:44 Wib
Artikel
03 Mei 2025 09:29 Wib
Tags
Geriatri
Lansia
Sehat Indonesia
Berita Lansia
Gemar Membaca
Hari Pendidikan Nasional