Kembali
×
Mengapa Kesehatan Jiwa Kerap Terabaikan? Ini Penjelasannya
13 Oktober 2024 19:38 WIB

Geriatri.id - Mens sana in corpore sano dimaknai 'di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat'. Frasa ini dipopulerkan seorang penyair Decimus Iunius Juvenalis dari Aquino pada abad kedua Masehi. 

Banyak orang menganggap kesehatan jiwa kurang penting dibandingkan kesehatan fisik, karena mereka menganggap jika badan sehat, jiwa ikut sehat. 

Padahal, kesehatan jiwa memiliki peran krusial dalam kualitas hidup seseorang. Berapa banyak orang yang tubuhnya sehat, namun perilakunya cenderung menyimpang, mudah cemas atau depresi. 

Masih banyak orang enggan atau takut berbicara tentang masalah kesehatan jiwa, sehingga masalah tersebut seringkali terabaikan. 

Dampaknya, penyakit yang diderita seseorang sulit diatasi, apalagi disembuhkan. 

Baca Juga: Tanya Jawab Masalah Kesehatan Jantung

Ketika orang ingin konsultasi ke psikolog atau psikiater karena masalah depresi atau kecemasan sering kali distigma sebagai orang yang mengalami gangguan jiwa bahkan gila.

Berdasarkan penelitian pada beberapa tahun terakhir, ditemukan kaitan erat antara kesehatan jiwa dengan kesehatan tubuh atau fisik seseoarang. 

Bahkan beberapa hasil penelitan tersebut menamukan adanya pengaruh kesehatan jiwa, terutama depresi dan kecemasan terhadap penyakit kronis, seperti gagal ginjal, gagal jantung, kanker, diabetes melitus, hipertensi, tuberculosis, tukak lambung dan lain-lain. 

Artinya, jika jiwa seseorang sehat, penyakit fisik akan lebih mudah disembuhkan.

Mengapa kesehatan jiwa sering terabaikan?

Masyarakat sering kali menempelkan stigma negatif dan diskriminasi kepada orang yang mengalami masalah kejiwaan dan atau gangguan jiwa. 

Hal ini membuat banyak orang malu atau takut untuk mencari bantuan. Bahkan untuk melakukan skrining kesehatan jiwa, mereka dihantui perasaan takut dikatakan mengalami gangguan jiwa.


Masalah lainnya adalah masih banyak orang yang kurang memahami tentang gangguan jiwa. Mereka acap kali menganggap gangguan jiwa sebagai kelemahan atau tanda kepribadian yang buruk. 

Selain itu, konsultasi terkait masalah kesehatan jiwa juga dianggap tabu.

Akses terhadap layanan kesehatan jiwa juga masih terbatas, terutama di daerah terpencil. 

Umumnya psikolog dan atau dokter spesialis jiwa hanya ada di perkotaan. Hal ini berpengaruh terhadap upaya seseorang untuk menyelesaikan masalah kejiwaannya.

Kesehatan fisik dianggap lebih penting dan mendesak dibandingkan kesehatan jiwa. Hal ini dipengaruhi pandangan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.

Dampak pengabaian kesehatan jiwa

Pengabaian kesehatan jiwa dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. 

Beberapa dampak tersebut antara lain:

- Peningkatan risiko bunuh diri dikarenakan gangguan jiwa yang tidak tertangani.

- Penurunan kualitas hidup disebabkan gangguan jiwa yang mengganggu kemampuan seseorang untuk bekerja, belajar, dan bersosialisasi.

- Peningkatan risiko penyakit fisik, seperti penyakit jantung, diabetes melitus, gagal ginjal dan gangguan pencernaan.

Baca Juga: 14 Sindrom Geriatri yang Sering Dikeluhkan Lansia 

- Beban ekonomi dikarenakan penanganan dan pengobatan gangguan jiwa yang terlambat, sehingga membuat seseorang tidak mampu belajar dan bekerja dengan baik yang berdampak pada tidak adanya pemasukan.

- Dampak pada keluarga dan masyarakat akibat gangguan jiwa yang tidak tertangani dan dapat menyebabkan masalah sosial.***

Sumber: Kemenkes

*Ilustrasi - Mengapa kesehatan jiwa kerap terabaikan? 

Video Senior Podcast

Artikel Lainnya
Artikel
22 Maret 2025 21:59 Wib
Artikel
22 Maret 2025 13:23 Wib
Tags