Geriatri.id - Pikun sering dianggap wajar sebagai bagian dari proses penuaan, terutama pada lansia. Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa pikun bisa menjadi gejala awal dari demensia, suatu kondisi medis yang memerlukan penanganan.
Pikun yang disebabkan demensia dapat mengganggu aktivitas keseharian dan memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Karena itu, penting memahami lebih dalam mengenai kondisi ini.
Pikun dan kaitannya dengan demensia
Secara umum, pikun merujuk pada penurunan daya ingat atau memori. Meski wajar terjadi seiring bertambahnya usia, tidak semua lansia akan mengalaminya.
Pada kasus tertentu, pikun dapat menjadi tanda awal demensia, sebuah sindrom yang menyebabkan penurunan fungsi otak, termasuk gangguan daya ingat, proses berpikir, perilaku, hingga kondisi mental dan emosional.
Demensia bisa mengakibatkan penderitanya sulit menjalankan aktivitas sehari-hari. Pada tahap lanjut, penderita demensia bisa kehilangan ingatan parah hingga tidak mengenali orang terdekatnya.
Baca Juga: 14 Sindrom Geriatri yang Sering Dikeluhkan Lansia
Penyebab pikun
1. Penyakit degeneratif
Penyakit Alzheimer, Parkinson, dan demensia vaskular akibat stroke adalah contoh penyakit degeneratif yang dapat menjadi penyebab pikun.
2. Cedera kepala
Cedera berulang pada kepala bisa memicu demensia yang ditandai dengan pikun.
3. Kekurangan vitamin B
Kekurangan vitamin B1 atau B12 dapat menyebabkan sindrom Wernicke-Korsakoff yang memengaruhi fungsi otak.
4. Infeksi otak
Infeksi seperti meningitis dapat merusak fungsi otak dan menyebabkan pikun.
5. Tumor otak
Tumor yang menyerang otak bisa menimbulkan gejala pikun.
6. Penyakit autoimun
Penyakit seperti multiple sclerosis dapat memicu demensia dan pikun.
7. Penyakit keturunan
Penyakit Huntington bersifat genetik dan menyebabkan degenerasi sel-sel otak yang mengendalikan gerakan dan kemampuan berpikir.
8. Penyakit langka
Penyakit Creutzfeldt-Jakob adalah penyakit langka yang merusak sel-sel otak.
Langkah penanganan pikun
Pengobatan pikun yang disebabkan demensia untuk meringankan gejala dan mencegah kondisi memburuk.
1. Penggunaan obat-obatan
Dokter dapat meresepkan obat untuk meringankan gejala demensia.
2. Terapi stimulasi kognitif
Metode ini melibatkan aktivitas yang merangsang otak, seperti berolahraga, bermain permainan fisik, atau aktivitas kreatif lainnya.
3. Perawatan paliatif
Perawatan paliatif untuk penderita demensia yang sudah parah. Tujuannya meningkatkan kualitas hidup dengan mengurangi rasa sakit dan memberikan dukungan psikologis.
Pentingnya dukungan keluarga
Keluarga penderita berperan penting dalam penanganan demensia.
Konseling dan edukasi mengenai kondisi ini diperlukan untuk membantu keluarga memahami perubahan pada penderita dan cara terbaik untuk mendukung mereka.
Baca Juga: Tanya Jawab Masalah Kesehatan Jantung
Jika ada anggota keluarga atau kerabat yang mengalami gejala pikun, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan tepat.
Pengobatan dini dapat mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup penderita.***
*Ilustrasi - Pikun bisa menjadi gejala awal demensia.(Pixabay)
Video Senior Podcast