Geriatri.id - Sebuah riset dari Asian Development Bank (ADB) mengungkapkan masyarakat lanjut usia (lansia) di Asia bergantung pada transfer uang dari keluarga, terutama anak, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Laporan bertajuk Aging Well in Asia memaparkan 40% lansia di Asia Pasifik yang berusia di atas 60 tahun tidak memiliki akses terhadap dana pensiun.
Sebagian besar lansia yang tidak memiliki dana pensiun adalah perempuan.
Kondisi ini memaksa banyak lansia tetap bekerja meski sudah memasuki masa pensiun atau sepenuhnya bergantung pada anak mereka.
Menurut riset yang dirilis pada Mei 2024, Laos mencatatkan angka ketergantungan hidup lansia tertinggi di Asia. Di negara ini 71,8% dari total jumlah lansia bergantung pada anak.
Kamboja menempati urutan kedua dengan 61,5%, diikuti Indonesia (50%).
Fenomena ini menyebabkan banyak anak muda di Asia menjadi bagian dari generasi sandwich.
Mereka harus menanggung beban finansial orang tua sekaligus membiayai kehidupan anak mereka. Kondisi ini menyulitkan mereka untuk mencapai kebebasan finansial.
Baca Juga: 14 Sindrom Geriatri yang Sering Dikeluhkan Lansia
Melihat situasi ini, penting bagi generasi muda untuk belajar dari pengalaman generasi sebelumnya dan mempersiapkan dana pensiun sejak dini.
Berikut beberapa alasan pentingnya memiliki dana pensiun, menurut laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK):
Halaman: