Masoud Pezeshkian Ahli Jantung yang Terpilih Menjadi Presiden Iran di Usia 69 Tahun

Geriatri.id - Masoud Pezeshkian, seorang anggota parlemen Iran dan mantan menteri kesehatan, telah terpilih sebagai Presiden Iran dalam sebuah kejutan politik.

Dalam pemilihan yang diumumkan pada Sabtu pagi, Pezeshkian mengalahkan Saeed Jalili, mantan pemimpin perundingan nuklir dan kepala badan keamanan tertinggi, dengan selisih 2,7 juta suara .

Karir dan Latar Belakang

Pezeshkian, yang menjabat sebagai menteri kesehatan di pemerintahan Mohammad Khatami dari 2001 hingga 2005, juga telah mewakili kota Tabriz di parlemen Iran sejak 2008. 

Sebagai seorang ahli jantung, dia pernah memimpin Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz, salah satu institusi medis terkemuka di Iran utara.

Lahir pada 29 September 1954 di Mahabad, provinsi Azerbaijan Barat, Pezeshkian kini telah mamasuki usia lansia 69 tahun. Pezechkiamn tumbuh dalam komunitas etnis Azeri dan Kurdi. 

Baca juga: Mitos Atau Fakta Lansia Tidak Boleh Minum Lebih dari 1,5 Liter Sehari

Pada usia 19 tahun, ia menjalankan tugas wajib militernya di Zabul, sebuah kota miskin di provinsi Sistan dan Baluchistan. Setelah menyelesaikan tugas militernya, ia melanjutkan pendidikan di sekolah kedokteran dan meraih gelar dokter umum .

Pada tahun 1994, Pezeshkian kehilangan istri dan salah satu anaknya dalam kecelakaan mobil. Sejak itu, dia membesarkan dua putra dan seorang putrinya sendiri, memilih untuk tidak menikah lagi .

Karir Politik 

Sejak menjadi anggota parlemen pada tahun 2008, Pezeshkian telah menjadi suara penting bagi hak-hak etnis minoritas dan sering mengkritik penindasan terhadap perbedaan pendapat politik dan sosial. 

Baca juga: Pentingnya Vaksinasi Influenza Pada Lansia Sebagai Upaya Mencegah Komplikasi Serius

Pada tahun 2022, dia menuntut klarifikasi atas kematian Mahsa Amini, yang meninggal dalam tahanan setelah ditangkap karena diduga melanggar undang-undang pakaian wanita. Kematiannya memicu kerusuhan selama berbulan-bulan di seluruh negeri .

Dalam kampanye pemilihannya, Pezeshkian menegaskan bahwa dirinya akan menghormati undang-undang hijab, namun tidak boleh ada perilaku yang mengganggu atau tidak manusiawi terhadap perempuan. 

Selama perang Iran-Irak pada 1980-an, Pezeshkian bertugas sebagai kombatan dan dokter, mengerahkan tim medis ke garis depan. Pezeshkian dikenal sebagai tokoh moderat yang sering menyerukan perubahan, namun tetap setia pada pemerintahan theokratis Iran di bawah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei .

Halaman: