Kembali
×
Bandung Geriatric Update 2024 Bahas Tantangan Lansia di Era Silver Tsunami
29 Juli 2024 07:39 WIB

Geriatri.id - PERGEMI Cabang Kota Bandung menyelenggarakan kegiatan Bandung Geriatric Update (BGU) VIII 2024 di Hotel Aryaduta, Bandung, Sabtu (27/07). Bandung Geriatric Update untuk tahun ini mengangkat tema Implementing Integrated Care Of Older People: Answering the Challenge of Silver Tsunami Era’.

Ketua PERGEMI Cabang Kota Bandung dr. Lazuardhi Dwipa, Sp.PD.K-Ger, menjelaskan bahwa setiap tahun diselenggarakan simposium khusus kajian ilmu geriatri yang bersifat nasional dengan peserta dari seluruh Indonesia.

“Kegiatan ini berupa simposium sehari yang bersifat hybrid, diselenggarakan secara offline dan online. Bagaimana pentingnya pelayanan terpadu untuk lansia sebagai tantangan di era tsunami lansia,” jelas dr. Lazuardhi Dwipa yang akrab disapa dr. Ardhi ini.

Simposium ini juga membahas beragam topik yang disesuaikan dengan tema utama. Pada awal kegiatan, tampil pakar geriatri Prof. Dr. dr. Siti Setiati, Sp.PD, K-Ger, M.Epid memberikan plenary lecture dengan tema ‘The Urgency of the Implementation of World Health Organization (WHO) Integrated Care of Older Adults in Indonesia: An answer to Indonesia Aging Society Health Burden.’

Prof Siti Setiati membahas mengenai implementasi pelayanan terpadu integrasi di Indonesia dan tantangannya. Hal ini sudah menjadi komitmen bersama antara negara-negara di ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Myanmar, Laos, Brunei, untuk sama-sama mengimplementasikan pelayanan terpadu untuk lansia.

Sebelumnya, pelayanan lansia belum dikhususkan sesuai dengan keunikan dan karakter tersendiri, dimana lansia memiliki karakter berbagai penurunan fungsi atau kapasitas fungsional.

Misalnya, kehilangan kemandirian, bergantung dengan orang lain sehari-hari harus dibantu, gangguan memori, gangguan kognitif, kepikunan, gangguan makanan, gangguan nutrisi, gangguan psikologis, gangguan indera seperit melihat dan mendengar. Hal-hal inilah yang ditekankan dalam pelayanan terpadu lansia.

“Kita tidak menitikberatkan pada diagnosis medis saja. Selama ini kan hanya dilihat penyakit diabetes, hipertensi, osteoarthritis, penyakit-penyakit kondisi diagnosis. Sementara kondisi-kondisi kelainan fungsinya seperti yang tadi disebutkan, jarang dianggap sebagai suatu permasalahan kesehatan. Sehingga seringkali hal ini terlewat dan tidak dilakukan pengkajian yang menyeluruh sehingga pasien lansia akhirnya mengalami penurunan kualitas hidup yang bermakna. Akhirnya pasien lansia tidak mandiri, banyak yang sakit, menjadi beban orang lain,” jelas dr. Ardhi.


Karena itulah, lanjutnya, sekarang berupaya mengubah pola pikir, paradigma, dan bergerak dari diagnosis medik. Jadi gangguan fungsional, kapasitas fungsional atau kapasitas intrinsik dengan sistem yang terintegrasi yang bersifat multidisiplin, multimodal intervensi dan berdasarkan individu.

“Misal, pasien lansia dengan gangguan bergerak, gangguan nutrisi, dan gangguan intelektual, maka kita harus melakukan suatu pelayanan terpadu yang bersifat individual karena setiap lansia berbeda-beda,” paparnya.

Nah, upaya deteksi sudah dimulai dilakukan pada layanan primer di komunitas, dalam hal ini puskesmas dan layanan tingkat satu.

Upaya deteksi ini dititikberatkan pada masalah-masalah seperti nutrisi, bergerak, melihat, mendengar, intelektual, bahkan depresi.

“Hal Itu dideteksi atau diskrining sejak awal sedini mungkin. Asesmen di puskesmas bila bisa ditangani sesuai fasilitas dan kompetensinya. Bila kasusnya terlalu sulit, membutuhkan pelayanan multidisiplin dan alat-alat penunjang lain untuk pemeriksaan, sebaiknya dirujuk ke rumah sakit atau layanan tingkat lanjutan,” jelas dr. Ardhi.

Adapun alat ukur yang sudah menjadi standar pelayanan minimal puskesmas, dengan SK resmi dari Kementerian Kesehatan berupa standar pelayanan minimal, memasukkan skrining atau pengkajian khusus pada lansia dinamakan Skilas yaitu Skrining Lansia Sederhana.

Upaya skirining ini dilakukan oleh kader puskesmas dan di posyandu oleh tenaga-tenaga kesehatan di puskesmas terutama kader dan keluarga. Jadi tak mesti oleh tenaga kesehatan.

“Panduannya dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO, lalu kita melakukan adaptasi dan disesuaikan dengan di Indonesia dilakukan validitas dan adaptasi. Skrining ini mudah dilakukan bahkan oleh orang awam. Para kader di posyandu lansia bisa melakukan skrining lansia untuk mendeteksi kepikunan, kemampuan melihat, mendengar, bahkan masalah depresi,” jelasnya.

Pada simposium ini juga salah satu tema yang dibahas adalah mengenai sarcopenia, berhubungan dengan masalah bergerak atau mobilitas berpindah dari satu tempat ke tempat lain.


“Lansia mengalami kelemahan fisik yang banyak dipengaruhi oleh kekuatan otot. Pasien lansia yang mengalami penurunan dalam massa otot dan kekuatan otot disebut sebagai sarcopenia,” kata dr. Ardhi.

PERGEMI pada tahun 2023 mengeluarkan konsensus bagi tenaga kesehatan, khususnya untuk spesialis penyakit dalam, mengenai konsensus sarkopenia berupa panduan cara mendeteksi, tata laksana dan sebagainya. “Semua dilakukan pengkajian secara teliti dan rekomendasi berbasis bukti.

Pada symposium kali ini Prof Siti juga menyampaikan kuliah tentang konsensus sarkopenia, apa saja rekomendasi PERGEMI tentang sarkopenia,” jelas dr. Ardhi.

Adapun BGU 2024 ini membahas berbagai topik di antaranya:

  • Clinical application of Hydroxy-beta-methy-butirate (HMB) & triple protein to reverse muscle loss & improve strength
  • Practical guidance on sarcopenia management : Indonesia 1st national Consensus on sarcopenia
  • Andropause (Late Onset Hypogonadism): Diagnosis & Testosterone Replacement Therapy
  • Physio-cognitive decline syndrome : The inter-connection between Brain and Muscle in Older Adults
  • The Risk and Burden of Herpes Zoster in older adults
  • Urgency to Prevent Herpes Zoster in older adults
  • The Role of GP in delivering end of life care for older adult patients at home
  • Delivering home care service for older adult patients: how far can GP go?
  • Sleep and Aging: Exploring Disorders and Intervention to Improve Quality of Life
  • Workshop Recent Advances in Injectable Therapy for Older Adults with Diabetes.***

Artikel Lainnya
Artikel
22 Maret 2025 21:59 Wib
Artikel
22 Maret 2025 13:23 Wib
Tags