Geriatri.id - Pada saat lansia (lanjut usia) terjadi beberapa kondisi yang perlu kita ketahui. Salah satunya adalah penurunan proses penyerapan zat-zat nutrisi.
Sebut saja misalnya, zat besi, kalsium, vitamin B12 dan beta-karoten.
Pun pada usia senja ini terjadi peningkatan kebutuhan akan zat-zat gizi seperti protein, vitamin D dan kalsium.
Nah, yang perlu kita waspadai, pada usia lansia ini umumnya mengalami penurunan nafsu makan.
Pasalnya, lansia mengalami beberapa kondisi tertentu.
Misalnya, fungsi indera penciuman dan perasa yang makin berkurang, gigi tanggal, gusi menciut, dan melambatnya proses pengosongan lambung sehingga lansia merasa cepat kenyang.
Kondisi-kondisi tersebut sebetulnya menimbulkan risiko malnutrisi pada lansia.
Karena itu, upaya meningkatkan nafsu makan pada lansia penting dilakukan agar tidak terjadi malnutrisi.
Terlebih dulu kita perlu mencari tahu faktor yang menyebabkan lansia kurang nafsu makan.
Boleh jadi, nafsu makan lansia menurun karena tidak ada anggota keluarganya yang bisa menemani.
Kenapa demikian? Karena proses makan pada prinsipnya adalah sebuah aktivitas sosial.
Selain itu, penurunan nafsu makan bisa terjadi karena adanya penyakit atau efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi lansia. Bila lansia terlalu banyak minum obat, salah satu efeknya adalah muncul rasa mual.
Alhasil, lansia enggan untuk makan karena adanya rasa tidak enak tersebut.
Pada kasus lain, bila lansia mengalami gangguan indera pengecapan dan penciuman, sebenarnya tidak dianjurkan untuk menambahkan garam atau gula pada makanan.
Hal itu tidak meningkatkan rasa pada menu makanan tersebut. Yang perlu dilakukan adalah upaya menanamkan pemahaman bahwa makanan merupakan suatu kebutuhan bagi lansia.
Apa saja dampak yang bisa terjadi bila kondisi nafsu makan serta malnutrisi pada lansia tidak segera ditangani? Berikut ini beberapa di antaranya:
Nah, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian suplementasi nutrisi oral. Pemberian suplementasi ini dilakukan di antara waktu makan utama.
Namun, pada lansia yang mengalami kesulitan makan, misalnya hanya bisa mengonsumsi makanan dalam bentuk cair atau encer, maka suplementasi dapat diberikan sebagai pengganti makanan utama.
Penelitian menunjukkan, suplementasi nutrisi oral yang diberikan pada lansia selama 6 minggu disertai dengan latihan fisik, ternyata dapat meningkatkan kekuatan otot.
Selain itu, hasil penelitian juga menyebutkan, suplementasi nutrisi oral dapat memacu berat badan hingga 2,3%.
Bahkan, suplementasi ini dapat mencegah lansia kehilangan berat badan ketika asupan makanan sehari-hari kurang mencukupi kebutuhannya.***
Hilman/foto: freepik.com
Narasumber ahli:
Dr. dr. Purwita Wijaya Laksmi, SpPD-KGer, Staf Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam (IPD) FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo