Geriatri.id - Glioblastoma adalah kanker otak yang paling umum, dan salah satu kanker paling mematikan yang pernah diketahui. Sayangnya, tidak ada obat untuk tumor yang berkembang pesat ini.
Uji coba terkontrol secara acak pada tahun 2005 menunjukkan kemoterapi baru (temozolomide) yang diberikan bersamaan dengan terapi radiasi meningkatkan kelangsungan hidup dari 12,1 menjadi 14,6 bulan pada pasien glioblastoma berusia 18-70 tahun.
Karena itu pengobatan glioblastoma saat ini terdiri dari operasi pengangkatan tumor yang diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi, yang disebut kemoradiasi.
Di banyak pusat pengobatan, kemoradiasi juga diberikan kepada pasien glioblastoma lanjut usia atau lansia (>70 tahun), meski kelompok pasien ini tidak dimasukkan dalam uji coba terkontrol secara acak.
Baca Juga: 5 Pertanyaan Mengenai Hipertensi
Uji coba terkontrol secara acak sering disebut sebagai studi "standar emas" untuk menilai hasil pengobatan.
Namun, penelitian ini sangat memilih populasi pasien yang jarang mewakili populasi "kehidupan nyata".
Karena itu, studi nyata diperlukan untuk memperkirakan manfaat sebenarnya dari pengobatan baru dalam praktik sehari-hari.
Dalam penelitian nasional Finlandia yang baru-baru ini diterbitkan, penelitian mengeksplorasi apakah kelangsungan hidup glioblastoma benar-benar meningkat setelah penerapan pengobatan kemoradiasi.
“Finlandia memiliki sistem kesejahteraan sosial dan layanan kesehatan yang didanai dan disubsidi pemerintah, dimana faktor sosio-ekonomi dan kesenjangan kesehatan berdampak jauh lebih sedikit terhadap pengobatan dan hasil pengobatan kanker dibandingkan dengan misalnya di AS," ujar Dr. Rahul Raj, Associate Professor of Experimental Neurosurgery, Helsinki University Hospital dikutip dari eurekalert.org.
Halaman: