Kembali
×
Negara Harus Hadir untuk Lansia dengan Kebijakan yang Baik
29 Mei 2022 13:46 WIB

Geriatri.id - Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PB Pergemi) Prof. Dr. Siti Setiati, SpPD-KGer., M.Epid berharap pemerintah tetap mendukung kesehatan fisik, psikis dan sosial lansia.

Menurut dia, negara harus hadir untuk kelompok lanjut usia (lansia) dengan mempertahankan atau bahkan meningkatkan kebijakan yang baik. 

"Jangan sampai malah menurun kinerja kita bersama untuk lansia Indonesia. Semoga tagline 'Lansia Sehat, Indonesia Kuat' tidak sekadar slogan tetapi ditindaklanjuti dengan program nyata yang terstruktur dan sistematis untuk merawat, menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan dan hidup lansia Indonesia," ujarnya di Webinar "Pergemi untuk Negeri", Peluncuran Hasil Survei Nasional Tentang Kondisi Lansia di Indonesia, Minggu (29/5/2022). 

Menurut Prof. Ati sapaan Siti Setiati, pada tahun 2020 41 persen lansia Indonesia tinggal bersama keluarga tiga generasi.

Sedangkan 47 persen tinggal bersama keluarga non tiga generasi. Persentase itu berubah pada 2021 menjadi 34,71 persen lansia yang tinggal bersama keluarga tiga generasi. 

"Dari data tersebut terlihat proporsi lansia yang tinggal dalam keluarga tiga generasi turun sekitar 6 persen dalam setahun," katanya. 

Di negara berkembang, termasuk Indonesia, migrasi kaum muda dapat melemahkan keluarga sebagai struktur tradisional pendukung lansia yang bisa berujung pada kesepian dan marginalisasi atau pengucilan lansia.

Jika ini terjadi akan sulit tercipta kesejahteraan sosial dan kesehatan sekaligus tidak terpenuhi hak-hak lansia. 

"Anak dan cucu mungkin sudah pergi merantau atau keluar dari rumah dan tinggalah pasangan lansia di rumah masing-masing. Ini kalau masih ada pasangannya dengan atau pelaku rawat yang menemani," kata Prof. Ati. 

Menurut Prof. Ati, banyak penelitian menunjukkan keterlibatan sosial berhubungan erat dengan fungsi kognitif pada lansia. Keterlibatan sosial itu meliputi interaksi sosial dan koneksi emosional. Lansia yang terlibat secara sosial terbukti memiliki fungsi kognitif lebih tinggi. 


Dengan kemajuan teknologi, lanjut dia, keterlibatan sosial tidak wajib berlangsung dalam konteks offline karena bisa dilakukan secara online.

Dia mengingatkan jangan sampai lansia merasa disisihkan dan tidak dipedulikan karena berpotensi berdampak fisik dan psikis bagi mereka.

"Saat ini kita memiliki zoom meeting seperti sekarang ini. Ada Whatsapp, video call dan teknologi yang memungkinkan kita memiliki koneksi sosial dan emosional dengan lansia yang kita cintai," katanya. 

Data Badan Pusat statistik BPS tahun 2021 menunjukkan hanya 46,79 persen lansia yang menggunakan telepon seluler.

Dari persentasi itu, hanya 31,48 persen yang menguasai telepon seluler. Mengacu pada data BPS itu, penting untuk meningkatkan pemahanam lansia pada teknologi.   

"Jadi PR kita bersama adalah mari kita tingkatkan pemahaman tentang teknologi. Sudah saatnya di era digital, lansia melek teknologi agar komonikasi, sosialisasi dan informasi tetap bisa berjalan dengan baik. Lansia tetap update dengan informasi penting dan bermanfaat bagi mereka," tegasnya. 

Berita Lansia:

LANSIA ONLINE, Kelas Kesehatan dari Rumah

Bila Lansia Sakit, Begini Cara Tepat Merawatnya

3 Kunci Sukses Agar Lansia Sehat, Apa Saja?

Menjadi Lansia Sehat dan Bahagia Tanpa Kerentaan

Peran penting keluarga terhadap lansia

Prof. Ari mengatakan proses penuaan yang sehat harus menjadi perhatian. Beberapa lansia, lanjut dia, rapuh dan renta terhadap gejala penyakitnya yang terkadang tidak mudah dalam diagnosis dan penanganannya. 

Dia menyarankan keluarga terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga kesehatan dan memenuhi kebutuhan fisik, mental, psikologis dan sosial lansia.

Keluarga dan pelaku rawat dapat terus-menerus belajar bagaimana mereka bisa merawat lansia dengan cara yang baik dan benar. 

"Kalau lansia tinggal bersama keluarga sebaiknya mereka juga diperiksakan kondisi kesehatannya secara rutin," sarannya.
 
Selain itu, keluarga perlu mendorong lansia untuk tetap bisa aktif melakukan aktivitas fisik sesuai kondisi mereka dan diusahakan secara rutin. Untuk pengawasan kesehatan bisa dilakukan dokter dan keluarga. 


"Tetap beraktivitas fisik dan psikis untuk memperlambat penurunan daya ingat, mengonsumsi makanan bergizi dan minum yang cukup agar mereka tetap sehat. Jangan lupa tidur cukup, konsumsi obat rutin kalau memang sudah mengonsumsi obat," jelasnya. 

Saat ini demensia mulai banyak dihadapi lansia. Kerena itu, penting bagi keluarga mengajak lansia untuk terus belajar hal-hal baru itu agar fungsi kognitif bisa tetap terjaga. 

Dia menambahkan jumlah lansia saat ini 29,3 juta jiwa dan akan terus bertambah. Karena itu, Pergemi aktif memberikan pelatihan yang berhubungan dengan lansia baik secara luring sebelum pandemi maupun daring selama pandemi.

Pergemi telah memberikan berbagai pelatihan untuk rumah sakit maupun puskesmas dan calon cargiver.(arf)

Foto: Tangkapan layar - Ketua Umum PB Pergemi Prof. Dr. Siti Setiati, SpPD-KGer., M.Epid

Video Lansia:

Video Lansia:

 

Artikel Lainnya
Artikel
08 Mei 2025 07:59 Wib
Artikel
08 Mei 2025 07:44 Wib
Artikel
03 Mei 2025 09:29 Wib
Tags
lansia
lansia sehat
lansia bahagia
lansia online
pergemi
merawat lansia
berita lansia
geriatri