
Penulis: Husna Sabila
Geriatri.id - Setiap negara memiliki tradisi masing-masing dalam merayakan Idul Fitri. Begitu pula di Indonesia, negara dengan penduduk muslim berbesar di dunia, memiliki kekhasan sendiri saat berlebaran.
Beragam budaya berlebaran masyarakat Indonesia. Ada yang merayakannya dengan keluarga besar di kampung halaman – hal mana melahirkan tradisi “mudik”. Adapula yang merayakannya hanya dengan keluarga inti di rumah masing-masing, dan lain-lain.
Momen lebaran mungkin tidak sama di tiap tahunnya. Tahun ini misalnya, berbeda dengan Idul Fitri dua tahun sebelumnya, ketika mudik dilarang, mobilitas dan kerumunan orang tidak disarankan. Kini, mudik sudah kembali diperbolehkan, salat tarawih dan salat id pun sudah daoat digelar di masjid-masjid maupun lapangan,
Lain zaman, lain pula bentuk orang merayakan lebaran. Dulu, menyampaikan “Selamat Idul Fitri” kepada orang lain disampaikan melalui kartu khusus yang dikirimkan melalui kantor pos. Kini, di era serba digital, pesan itu dapat sekejap diterima orang lain melalui teknologi smartphone – dan lain sebagainya.
Oma Opa sekalian tentu tak pernah lupa ragam kebiasaan berlebaran di masa mereka muda dulu. Beberapa momen di bawah ini barangkali membangkitkan nostalgia dan selalu menjadi sebuah kerinduan untuk merayakan kemenangan:
Beriring-iringan untuk melaksanakan sholat id, baik di lapangan, ataupun di masjid.
Sahut-sahutan gema takbir, anak-anak kecil yang berlarian ringan menuju tempat berkumpul untuk salat, ataupun langkah langkah beriringan keluarga besar yang berjalan sambil bercengkrama hangat tampaknya tetap menjadi momen yang membahagiakan di saat lebaran.
Berkumpul bersama, mulai dari ibu, bapak, adik, kakak, hingga cucu dan cicit.
Bukan lebaran namanya kalau tidak ada momen berkumpul. Lebaran di zaman dahulu biasanya identik dengan perkumpulan keluarga besar. Di momen ini tidak hanya ibu, bapak, dan anak-anak saja yang berkumpul, namun biasanya turut hadir pula cucu, sepupu, hingga cicit untuk memeriahkan momen lebaran di kampung halaman.
Sungkem kepada yang lebih tua
Kegiatan yang lekat dengan momen lebaran yaitu sungkem atau memohon maaf dengan membungkukkan badan kepada yang lebih tua. Biasanya sungkem ini dilakukan oleh mereka yang muda kepada orang yang dituakan dalam keluarga seperti nenek ataupun kakek. Tak hanya meminta maaf, sungkem juga menjadi momen pemberian wejangan dari yang lebih tua kepada yang lebih muda. Biasanya anggota keluarga akan mengantre bergantian untuk sungkem kepada tetua. Momen sungkem ini biasanya juga dilakukan dengan menggunakan baju adat masing-masing daerah. Pada momen ini pula biasanya diberikan ‘uang hari raya’ dari orang tua kepada anak-anak setelah melakukan sungkem.
Santap lebaran bersama keluarga
Berkumpul dengan keluarga besar rasanya kurang lengkap jika tidak ada acara santap makanan bersama. Begitu juga saat lebaran datang, sanak keluarga yang berkumpul biasanya akan melakukan ‘ngariung’ atau berkumpul ramai-ramai lalu melakukan santap hidangan secara bersama sama.
Acara kedaerahan yang khusus saat lebaran
Selain lekat dengan acara keluarga, momen lebaran di beberapa daerah juga lekat dengan acara daerah khusus lebaran. Di Kota Pekalongan misalnya, saat lebaran masyarakat akan berkumpul untuk melepaskan balon udara dan memotong kue lupis.
Momen lebaran masa lalu apa nih yang dirindukan Oma, Opa, serta keluarga Indonesia?***
==