Geriatri.id--Jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan terus mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Saat ini ada sekitar 10 persen atau 26 juta jiwa penduduk lansia.
Dalam webinar, Jumat 11/06/2021, Dompet Dhuafa bekerjasama dengan Geriatri.id membahas tema Mengenal Fenomena Kerentaan/Frailty pada Lansia; Menuju Lansia Sehat dan Bahagia.
Hadir sebagai narasumber adalah Prof. dr. Siti Setiati, Sp.PD-KGer, M.Epid, yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam di RSCM.
Menurut dr. Siti, ketika orang bertambah umur atau lanjut usia, maka akan ada ketergantungan yang muncul.
Dilaporkan pada 2020, rasio ketergantungan lansia 15,54 persen. Ini berarti dari 100 orang yang produktif harus menanggung 15 penduduk lansia.
Berbagai penyakit mulai muncul dan dialami oleh lansia seperti hipertensi, gangguan gigi, sendi, gagal ginjal, diabetes dan kanker.
Belum lagi muncul demensia, gangguan nutrisi, dan penyakit menular seperti infeksi saluran nafas.
Berdasarkan data diketahui ternyata banyak lansia yang tidak betul-betul sehat dan mengalami multi morbiditas.
Berita lainnya:
3 Kunci Sukses Agar Lansia Sehat, Apa Saja?
Bila Orang Tua Sakit, Begini Cara Tepat Merawatnya
Lansia sendiri dikategorikan menjadi 2 yaitu lanjut usia dan geriatri. Untuk lansia, biasanya kesehatannya cukup baik, kalaupun ada penyakit biasanya hanya satu.
Selain itu masih mandiri, fungsi kognitif masih baik dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari.
Lain lagi dengan geriatri, pada geriatri lansia mengalami multi morbiditas atau banyak penyakit.
Punya problem siklus sosial yang kompleks dan ada ketergantungan. Memiliki sindrom geriatri, kerentaan dan sarkopenia.
Bisa dikatakan geriatri itu sudah pasti lansia, namun lansia belum tentu geriatri.
Untuk itu, dr. Siti menghimbau jangan sampai masuk lansia geriatri. Situasinya saat ini di Indonesia ada 44% lansia Indonesia dengan multi morbiditas.
Multi morbiditas ini bisa menimbulkan kerentaan pada lansia.
Kerentaan sendiri adalah suatu kondisi di mana terdapat peningkatan kerentanan terhadap seseorang.
Orang tersebut akan memiliki ketergantungan dan/atau kematian kalau ada stressor.
Stressor yang minimal bisa berupa kematian pasangan, kena infeksi atau kena penyakit.
Akibatnya bisa menimbulkan jatuh dan mengalami ketergantungan bahkan kematian.
Kerentaan pada lansia ditandai dengan ketergantungan dan tidak mandiri.
Selain itu punya berbagai macam penyakit.
Sementara untuk lansia yang mengalami pre-frail atau pre kerentaan, kalau kena stress tidak akan kembali ke keadaan semula.
Biasanya juga ditandai dengan mulai ada sedikit ketergantungan.
Berbeda dengan lansia yang sehat, jika mengalami stress akan mudah kembali ke keadaan seperti biasa.
Sementara orang dengan kerentaan berisiko tinggi mengalami kematian, ketergantungan, perawatan berulang, risiko jatuh, dan patah tulang.
Karena kerentaan dihubungkan dengan meningkatnya lama rawat dan semakin susah untuk pulang.
“Kompleks untuk memulangkan pasien dalam kondisi ini,” ujar Prof Siti.
Salah satu ciri lain dari kerentaan adalah sarkopenia.
Sarkopenia ini berkuranganya massa otot dan kekuatan otot sehingga memengaruhi performa fisik.
Akibatnya menyebabkan kecepatan jalan terganggu dan kemampuan menggenggam turun.
Sarcopenia dipengaruhi oleh gaya hidup, genetik, kondisi medis, (adanya risiko PTM), penurunan hormon (penurunan Vit D, testoterone) dan asupan nutrisi.
Sarkopenia berkaitan dengan kerentaan, faktor risiko kematian dan kualitas hidup yang buruk. Sarkopenia juga berisiko mengalami imunitas yang buruk.
Sarkopenia dan kerentaan ini seringkali tidak terdeteksi pada lansia, dan akibatnya berkaitan dengan morbiditas dan kematian.
Kondisi ini bisa diperbaiki, kalau bisa mengenalinya sejak dini. Mereka yang mengalami kerentaan bisa dikembalikan ke kondisi yang baik tapi dikenali sedini mungkin.
Kerentaan bisa diukur dengan cara-cara yang tidak terlalu sulit.
Bisa dilakukan dengan cara uji kerentaan yang bisa dilakukan pada lansia.
Selain itu yang perlu diperhatikan adalah berapa kali lansia mengalami jatuh.
“Kalau sudah berkali-kali jatuh jangan dianggap enteng, bisa jadi ada sesuatu,” ujar Prof Siti.
Kondisi pada lansia bisa dikendalikan dan dikontrol, misalnya hipertensi perlu dibikin normal.
Selain itu gaya hidup sehat diperlukan dan penting berperilaku sehat seini mungkin.
"Jika sudah mengalami kerentaan, biasanya ada komplikasi dan perlu diperbaiki. Jaga agar lansia sehat, tetap sehat dan tidak memiliki penyakit,” ujarnya.
Hal yang perlu diperhatikan bagi yang sudah memiliki komorbiditas/PTM baiknya rutin berobat.
Selain itu kontrol penyakit untuk mencegah perburukan penyakit.
Sedangkan bagi lansia dengan ketergantungan total, hendaknya berusaha untuk beraktivitas sesuai dengan kapasitasnya sehingga tetap memiliki akhir hidup yang bermartabat.
Kerapuhan bisa turun secara bermakna dengan kombinasi nutrisi, terapi fungsi kognitif dan terapi fisik.
Jangan lupa untuk mengendalikan penyakit kronik sebaik mungkin.
Kontrol teratur dan deteksi dini adanya penyakit akut/kronik.
Vaksinasi dan kelola stress, di sini peran keluarga berperan penting.
“Pra renta jangan sampai jadi renta,” kata Prof Siti.*** (Dewi Retno untuk Geriatri.id | Foto Pixabay)